Psikologi Manajemen
I. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Stoner). Manajemen merupakan ilmu dan seni.
Ada 4 fungsi utama dalam manajemen:
- Perencanaan (Planning)
- Pengorganisasian (Organizing),
- Pengarahan (Actuating/Directing)
- Pengawasan (Controlling)
Seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain (Follet,1997). Sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya (Nickels, McHugh and McHugh ,1997). Seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan. (Ernie&Kurniawan, 2005).
Adanya penggunaan sumber daya organisasi, baik sumber daya manusia, maupun faktor-faktor produksi lainnya. Sumber daya tersebut meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya keuangan, serta informasi (Griffin,2002). Adanya proses yang bertahap dari mulai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengimplementasian, hingga pengendalian dan pengawasan. Adanya seni dalam menyelesaikan pekerjaan.
Psikologi manajemen adalah ilmu tentang bagaimana mengatur / me-manage sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan.
Kaitannya dengan psikologi:
Dengan ditemukan dan dikembangkannya ilmu psikologi, diketahui bahwa unsur SDM ternyata merupakan yang terpenting dari ketiga modal kerja perusahaan manapun. Pasalnya, ilmu psikologi yg memang berpusat pada manusia, mampu mengintervensi berbagai faktor internal manusia seperti motivasi, sikap kerja, keterampilan, dsb dengan berbagai macam teknik dan metode, sehingga bisa dicapai kinerja SDM yang setinggi-tingginya untuk produktivitas perusahaan.
Sumber Daya Organisasi :
- Sumber Daya Manusia
- Sumber Daya Informasi
- Sumber Daya Fisik
- Sumber Daya Keuangan
- Sumber Daya Alam
Fungsi-fungsi Manajemen :
- Perencanaan (Planning)
- Pengorganisasian (Organizing)
- Pengarahan dan pengimplementasian (Directing/Leading)
- Pengawasan dan Pengendalian (Controlling)
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Stoner). Manajemen merupakan ilmu dan seni.
Ada 4 fungsi utama dalam manajemen:
- Perencanaan (Planning)
- Pengorganisasian (Organizing),
- Pengarahan (Actuating/Directing)
- Pengawasan (Controlling)
Seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain (Follet,1997). Sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya (Nickels, McHugh and McHugh ,1997). Seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan. (Ernie&Kurniawan, 2005).
Adanya penggunaan sumber daya organisasi, baik sumber daya manusia, maupun faktor-faktor produksi lainnya. Sumber daya tersebut meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya keuangan, serta informasi (Griffin,2002). Adanya proses yang bertahap dari mulai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengimplementasian, hingga pengendalian dan pengawasan. Adanya seni dalam menyelesaikan pekerjaan.
Psikologi manajemen adalah ilmu tentang bagaimana mengatur / me-manage sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan.
Kaitannya dengan psikologi:
Dengan ditemukan dan dikembangkannya ilmu psikologi, diketahui bahwa unsur SDM ternyata merupakan yang terpenting dari ketiga modal kerja perusahaan manapun. Pasalnya, ilmu psikologi yg memang berpusat pada manusia, mampu mengintervensi berbagai faktor internal manusia seperti motivasi, sikap kerja, keterampilan, dsb dengan berbagai macam teknik dan metode, sehingga bisa dicapai kinerja SDM yang setinggi-tingginya untuk produktivitas perusahaan.
Sumber Daya Organisasi :
- Sumber Daya Manusia
- Sumber Daya Informasi
- Sumber Daya Fisik
- Sumber Daya Keuangan
- Sumber Daya Alam
Fungsi-fungsi Manajemen :
- Perencanaan (Planning)
- Pengorganisasian (Organizing)
- Pengarahan dan pengimplementasian (Directing/Leading)
- Pengawasan dan Pengendalian (Controlling)
*Fungsi Perencanaan (planning)
proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi.
Kegiatan dalam Fungsi Perencanaan
- Menetapkan tujuan dan target bisnis
- Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut
- Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
- Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis
*Fungsi Pengorganisasian
proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi
Kegiatan dalam Fungsi Pengorganisasian
- Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan
- Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggungjawab
- Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja
- Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat
*Fungsi Pengarahan dan Implementasi
proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi
- Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
- Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
- Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
*Fungsi Pengawasan dan Pengendalian
proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengawasan dan Pengendalian
- Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan
- Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan
- Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target bisnis
II. Pengertian Kepemimpinan
Banyak pengertian kepemimpinan (dalam Wahjosumidjo) , di antaranya adalah:
a. Menurut George P. Terry
“Leadership is the activity of influencing exercised to strive willingly for group objective". Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok.
b. Menurut Robert Tennenbaum, Irving R. Wischler, dan Fred Massarik
“Leadership as interpersonal influence exercised in a situation and directed, through the communication process, toward the attainment of a specialized goal or goals”. Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya suatu tujuan ataupun tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
c. Pengertian lain dari Harold Koontz and Cyril O”Donnell
“Leadership is influencing people to follow in the achievement of a common goal”.
Kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum. Dari tiga pengertian tersebut di atas, jelas bahwa kepemimpinan itu adalah upaya untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan, baik tujuan tersebut telah ditetapkan atau tujuan lain yang lebih luas. Upaya tersebut lebih bersifat hubungan antar pribadi.
Seperti halnya kepemimpinan, pengertian pemimpin juga banyak, di antaranya adalah:
a) Pemimpin adalah anggota dalam kelompok yang mempengaruhi kegiatan kelompok.
b) Pemimpin adalah salah seorang anggota yang terkemuka dari suatu kelompok atau organisasi yang begitu berpengaruh terhadap kegiatan dari anggota kelompoknya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi dalam kelompok, berpengaruh terhadap orang lain sesuai dengan peranannya dalam posisi itu, mengkoordinir secara langsung dalam memelihara dan mencapai tujuan kelompok.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah seseorang yang memiliki status tertinggi di dalam kelompoknya, mendapat kepercayaan untuk membawa kelompok ke arah tujuan bersama.
Fungsi Pemimpin
Fungsi pemimpin banyak dan bervariasi, Ravin dan Rubin menyebutkan
ada 4 fungsi pemimpin, yaitu:
a. Membantu menetapkan tujuan kelompok.
b. Memelihara kelompok.
c. Memberi simbol untuk identifikasi.
d. Mewakili kelompok terhadap kelompok lain.
Menurut Krech, Chutchfield, dan Ballachey, menyebutkan fungsi pemimpin
lebih kompleks, yaitu:
a. Pemimpin sebagai eksekutif.
b. Pemimpin sebagai perencana.
c. Pemimpin sebagai pembuat kebijakan (policy maker)
d. Pemimpin sebagai seorang ahli (expert).
e. Pemimpin sebagai mewakili kelompok untuk hubungan keluar.
f. Pemimpin sebagai pengawas hubungan di dalam kelompok.
g. Pemimpin sebagai orang yang memberikan hadiah dan hukuman.
h. Pemimpin sebagai wasit (pelerai) dan perantara.
i. Pemimpin sebagai contoh (teladan).
j. Pemimpin sebagai simbol dari kelompok.
k. Pemimpin sebagai pengganti tanggung jawab individual.
l. Pemimpin sebagai ideologist.
m. Pemimpin sebagai figur ayah.
n. Pemimpin sebagai tempat menmpakan segala kesalahan (scapegoat/
kambing hitam).
Faktor yang Menentukan Seseorang Menjadi Pemimpin
Ada beberapa faktor yang menjadikan seseorang menjadi pemimpin. Masing-masing berbeda bergantung pada karakteristik kelompok yang dipimpinnya, dan tujuan kelompok itu sendiri. Secara garis besar menurut William Foote Whyte, ada 4 faktor yang menentukan seseorang menjadi pemimpin, yaitu:
a. Operational leadership
yaitu orang yang paling banyak inisiatif, menarik, dinamis, menunjukkan pengabdian yang tulus, menunjukkan prestasi kerja dalam kelompoknya.
b. Popularity
yaitu orang yang paling banyak dikenal mempunyai kesempatan untuk menjadi pimpinan.
c. The assumed representative
yaitu orang yang dapat mewakili kelompoknya mempunyai kesempatan besar untuk menjadi pemimpin.
d. The prominent talent
yaitu orang yang mempunyai bakat kecakapan yang menonjol dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk menjadi pemimpin.
Selain itu Wiyono Hadikusumo (dalam Siti Partini) menyatakan bahwa selain bekal pengetahuan yang cukup dan keahlian khusus sesuai dengan bidangnya, paling tidak ada 5 unsur yang harus dipenuhi untuk seseorang dapat menjadi pemimpin, yaitu:
a. Psychology knowledge
b. Self knowledge
c. Human relations
d. Ability to apply knowledge
e. Personality cultivation.
Sifat-sifat Kepemimpinan
Sifat-sifat kepemimpinan bergantung pada pendekatan kepemimpinan yang diacu dan jenis kepemimpinan yang diikuti. Pada pendekatan trait, sifat-sifat yang diharapkan dari pemimpin di antaranya adalah
(a) intelegensi
(b) dominasi
(c) kepercayaan diri
(d) energi-aktivitas
(e) pengetahuan terhadap tugas. (Bagus Riyono, Emi Zulaifah)
Jenis-jenis Kepemimpinan
Banyak sudut pandang dalam mengklasifikasi kepemimpinan. Secara garis besar paling tidak ada 5 macam kepemimpinan, yaitu:
a. Otoriter
yaitu pemimpin menentukan segala-galanya.
b. Demokratik
kerjasama antara pemimpin dan anggota merupakan nafas dari model kepemimpinan ini.
c. Laissez faire
pemimpin pasif, anggotalah yang banyak dominan.
d. Transaksional
terjadi proses pertukaran timbal balik dengan orientasi pada imbalan yang diberikan oleh pemimpinnya baik berupa imbalan material, maupun immaterial.
e. Transpormasional
yaitu mementingkan kharisma, dan mendorong anggota (individu) sesuai dengan individualitasnya untuk meraih sukses.
teori-teori dalam psikologi manajemen :
- Teori RENSIST LIKERT
Likert adalah seorang psikolog sosial dan ahli teori yang pertama-tama mengembangkan cara-cara untuk mengukut variabel manusia dalam organisasi. Dalam dua bukunya yaitu new pattern of managements (pola-pola baru manajemen) dan the human organization (organisasi kemanusiaan) membahas dengan jelas masalah-masalah komunikasi dalam organisasi. Analisanya mengenai gaya manajemen para penyelia dan akibat dari sikap-sikap yang berlainan dari para penyelia itu pada produktivitas karyawan yang dibawahinya. Gaya kepemimpinan dan manajemen sangat bergantung pada aspek-aspek komunikasi dari perilaku organisasional.
Likert berjasa mengembangkan suatu teori terkenal yang disebut teori atau model peniti penyambung (the linking pin model) yang menggambarkan struktur organisasi. Konsep peniti penyambung berkaitan dengan kelompok-kelompok yang tumpang tindih. Setiap penyelia merupakan anggota dari dua kelompok: sebagai pemimpin unit yang lebih rendah dan anggota unit yang lebih tinggi. Penyelia berfungsi sebagai peniti penyambung, mengikat kelompok pekerja satu dengan yang lainnya pada tingkat berikutnya. Struktur peniti penyambung menujukan hubungan antar kelompok laih-alih hubungan antar pribadi. Organisasi dengan struktur peniti penyambung menggalakan orientasi ke ataas daripada orientasi ke bawah; komunikasi, pengaruh pengawasan, dan pencapaian tujuan diserahkan ke atas dalam organisasi. (R. Wayne Pace Don F. Faules, 1998:52) dalam desain yang demikian, dimungkinkan adanya kepimimpinan dan pengambilan keputusan bersama, karena tidak perbedaan tajam antara peranan atasan dengan bawahan. (M.T. Myers, 1987: 74)
Sistem manajemen yang ideal bagi likert adalah sistem yang disebut suatu “sistem interaksi pengaruh”. Cara yang efektif untuk mengintegrasikan sasaran kelompok kerja dan sasaran organisasi dilaksanakan dengan sarasehan masalah antara atasan dan bawahan. Bagi Likert manajemen pada hakekatnya adalah suatu proses relatif. Tidak ada hukum-hukum umum yang dapat diberlakukan pada setiap situasi. Seorang manajer harus menyesuaikan gayanya dengan kelompok yang dipimpinnya. Ada 4 sistem manajemen Likert yaitu:
1. sistem I : organisasi otoriter pemeras (exploitative authoritative organization)
2. sistem II : organisasi otoriter pemurah (benevolent authoritative organization)
3. sistem III : organisasi konsultatif (consultative organization)
4. sistem IV : organisasi parsitipasi (participative organization)
(M.T. Myers, 1987: 74-75)
Untuk gambaran terperinci tentang 4 sistem manajemen likert dapat dilihat berikut ini:
Likert adalah seorang psikolog sosial dan ahli teori yang pertama-tama mengembangkan cara-cara untuk mengukut variabel manusia dalam organisasi. Dalam dua bukunya yaitu new pattern of managements (pola-pola baru manajemen) dan the human organization (organisasi kemanusiaan) membahas dengan jelas masalah-masalah komunikasi dalam organisasi. Analisanya mengenai gaya manajemen para penyelia dan akibat dari sikap-sikap yang berlainan dari para penyelia itu pada produktivitas karyawan yang dibawahinya. Gaya kepemimpinan dan manajemen sangat bergantung pada aspek-aspek komunikasi dari perilaku organisasional.
Likert berjasa mengembangkan suatu teori terkenal yang disebut teori atau model peniti penyambung (the linking pin model) yang menggambarkan struktur organisasi. Konsep peniti penyambung berkaitan dengan kelompok-kelompok yang tumpang tindih. Setiap penyelia merupakan anggota dari dua kelompok: sebagai pemimpin unit yang lebih rendah dan anggota unit yang lebih tinggi. Penyelia berfungsi sebagai peniti penyambung, mengikat kelompok pekerja satu dengan yang lainnya pada tingkat berikutnya. Struktur peniti penyambung menujukan hubungan antar kelompok laih-alih hubungan antar pribadi. Organisasi dengan struktur peniti penyambung menggalakan orientasi ke ataas daripada orientasi ke bawah; komunikasi, pengaruh pengawasan, dan pencapaian tujuan diserahkan ke atas dalam organisasi. (R. Wayne Pace Don F. Faules, 1998:52) dalam desain yang demikian, dimungkinkan adanya kepimimpinan dan pengambilan keputusan bersama, karena tidak perbedaan tajam antara peranan atasan dengan bawahan. (M.T. Myers, 1987: 74)
Sistem manajemen yang ideal bagi likert adalah sistem yang disebut suatu “sistem interaksi pengaruh”. Cara yang efektif untuk mengintegrasikan sasaran kelompok kerja dan sasaran organisasi dilaksanakan dengan sarasehan masalah antara atasan dan bawahan. Bagi Likert manajemen pada hakekatnya adalah suatu proses relatif. Tidak ada hukum-hukum umum yang dapat diberlakukan pada setiap situasi. Seorang manajer harus menyesuaikan gayanya dengan kelompok yang dipimpinnya. Ada 4 sistem manajemen Likert yaitu:
1. sistem I : organisasi otoriter pemeras (exploitative authoritative organization)
2. sistem II : organisasi otoriter pemurah (benevolent authoritative organization)
3. sistem III : organisasi konsultatif (consultative organization)
4. sistem IV : organisasi parsitipasi (participative organization)
(M.T. Myers, 1987: 74-75)
Untuk gambaran terperinci tentang 4 sistem manajemen likert dapat dilihat berikut ini:
Sistem I ; Organisasi Otoriter Pemeras (exploitative authoritative organization)
- Kepemimpinan : Tak ada kepercayaan. Tak ada perilaku penunjang. Tak bebas membahas
- Motivasi : Menarik pada fisik. Kebutuhan ekonomi dan status. Memusuhi sasaran organisasi. Top manajemen hanya merasa bertanggung jawab untuk tercapainya sasaran.
- Komunikasi : Sedikit kebawah. Tak ada keatas. Dipandang dengan curiga. Tak ada tanggung jawab dirasakan bawahan. Banyak distorsi
- Interaksi dan Pengaruh : Sedikit interaksi. Tidak percaya. Tak ada kerjasama. Bawahan tak berpengaruh kecuali melalui serikat buruh. Atasan berpengaruh jika dapat memakai hukuman
- Pengambilan keputusan : Hanya dipuncak. Informasi tak memadai. Motivasi buruk untuk melaksanakan keputusan. Kerjasama dihambat yang dipakai hanya skill teknis dari puncak
- Penetapan sasaran : Sasaran prestasi tinggi yang diperintahkan oleh puncak; ditolak oleh bawahan.
- Pengawasan : Hanya oleh puncak. Banyak distorsi sistem informasi menentang sasaran sistem formal. Data kontrol dipakai untuk tujuan menghukum
- Sasaran presentasi : Level rata-rata. Sumber daya cukup
Sistem II ; Organisasi Otoriter Pemurah (benevolent authoritative organization)
- Kepemimpinan : Menurunnya kepercayaan. Menurunnya perilaku penunjang. Sedikit bebas membahas
- Motivasi : Menarik pada ekonomi. Kebutuhan status dan prestasi. Sedikit memusuhi sasaran. Organisasi manajemen bertanggung jawab untuk tercapainya sasaran.
- Komunikasi : Sedikit ke bawah. Sedikit keatas. Dipandang dengan hati-hati. Beberapa distorsi. Sistem kotak saran.
- Interaksi dan Pengaruh : Sedikit interaksi. Hati-hati. Sedikit kerja sama. Bawahan sedikit berpengaruh kecuali melalui serikat buruh. Pengaruh dijalankan secara vertikal.
- Pengambilan keputusan : Di puncak. Sebagian diambil dari bawah, tapi dicek di puncak sebelum tindakan. Informasi tak memadai. Sedikit motivasi untuk melaksanakan keputusuan. Kerjasama dihambat skill teknis dari puncak dan menengah.
- Penetapan sasaran : Sasaran prestasi tinggi yang diusahakan oleh puncak; lahiriah diterima oleh bawahan tapi agak ditolak.
- Pengawasan : Umumnya oleh puncak, sebagian oleh tengah. Banyak kekuatan utuk menyimpang. Sistem informasi sebagian menolak sasaran sistem formal. Data kontrol untuk mengawasi dan membimbing.
- Sasaran presentasi : Level tinggi. Sumber daya baik.
Sistem III ; Organisasi Konsultatif (consultative organization)
- Kepemimpinan : Banyak kepercayaan. Sokongan baik. Agak bebas membahas.
- Motivasi : Kebutuhan ekonomis dan hasrat untuk pengalaman baru. Sikap baik terhadap sasaran organisasi. Bawahan merasa bertanggung jawab untuk tercapainya sasaran.
- Komunkasi : Agak banyak ke atas dan ke bawah. Agak akurat. Ke samping cukup sampai baik.
- Interaksi dan Pengaruh : Interaksi sedang. Kepercayaan cukup. Pengaruh sedang dari bawahan. Struktur cukup baik memungkinkan saling berpengaruh dari bagian-bagian organisasi.
- Pengambilan Keputusan : Kebijakan di puncak. Keputusan spesifik lebih rendah. Informasi cukup akurat. Ada motivasi untuk melaksanakan karena kebanyakan terlibat kerjasama. Sebagian skill teknis di semua level.
- Penetapan Sasaran : Sasaran ditetapkan sesudah dibahas dan bawahan; adakalanya penolakan oleh bawahan.
- Pengawasan : Sebagian oleh puncak dan menengah, beberapa distorsi. Pelimpahan, peninjauan dan pengawasan sedang sistem informasi kadang-kadang menyokong, kadang-kadang menolak sasaran sistem formal. Data kontrol dipakai untuk mengawaasi tetapi penekanan pada imbalan, bimbingan dan swadaya.
- Sasaran Presentasi : Level sangat tinggi. Sumber daya baik sekali.
Sistem IV ; Organisasi Parsitipasi (participative organization)
- Kepemimpinan : Kepercayaan penuh. Sokongan penuh. Bebas membahas
- Motivasi : Semua kebutuhan partisipasi dan keterlibatan dalam menetapkan sasaran. Semua merasa bertanggung jawab tercapainya sasaran.
- Komunikasi : Banyak sekali semua arah. Akurat dan dipercaya. Antar pribadi akurat. Persepsi akrab.
- Interaksi dan Pengaruh : Interaksi luas. Berssahabat. Percaya. Kerjasama baik. Pengaruh bawahan luas. Struktur sangat efektif, memungkinkan saling berpengaruh.
- Pengambilan Keputusan : Luas. Dilaksanakan. Informasi lengkap dan akurat. Motivasi kuat untuk melaksanakan. Kerja sama didorong skill teknis di semua level.
- Penetapan Sasaran : Sasaran ditetapkan melalui partisipasi kelompok. Diterima sepenuhnya.
- Pengawasan : Seluruhnya informasi akurat. Peninjauan di semua level. Data kontrol dipakai untuk swadaya dan koordinasi.
- Sasaran Presentasi : Level paling tinggi sumber daya.
- Teori X & Y MENURUT MC GREGOR
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia secara jelas dan tegas dapat dibedakan atas manusia penganut teori X dan Y dimana teori X memandang manusia malas tidak suka bekerja menghindarkan tanggung jawab suku dibimbing diperintah dan diawasi serta mementingkan diri sendiri sehingga untuk memotivasi karyawan harus dilaukan dengan cara pengawasan ketat, dipaksa, dan diarahkan supaya mereka mau bekerja sungguh sungguh
Sedangkan teori Y memandang bahwa manusia atau Karyawan itu Rajin, suka bekerja memikul tanggung jawab berprestasi, kreatif dan inovatif menurut teori Y ini untuk memotivasi karyawan hendaknya dilakukan dengan cara peningkatan partisipasi karyawan,kerja sama, dan keterikatan pada keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan. 2009. Teori Sistem 4 Menurut Rensist Likert.
Hasibuan. 2009. Teori X dan Y menurut Mc Gregor.
PENGERTIAN KOMUNIKASI
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara
etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus,
dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini
memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang
memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat
dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan
Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:
Human communication is the process through which
individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to
and create messages to adapt to the environment and one another.Bahwa
komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu
hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan
untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga
dapat dilancarkan secara efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa para peminat
komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell
dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell
mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan
menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi
meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan
itu,yaitu:
- Komunikator (siapa yang mengatakan?)
- Pesan (mengatakan apa?)
- Media (melalui saluran/ channel/media
apa?)
- Komunikan (kepada siapa?)
- Efek (dengan dampak/efek apa?).
Jadi
berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi
adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan
menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang
menimbulkan efek tertentu.
A. PROSES
KOMUNIKASI
Berangkat dari
paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses
komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Proses
komunikasi secara primer
Proses
komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai
media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal
(bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan
lain sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan
atau perasaan komunikator kepada komunikan.
Seperti
disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam
pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi adalah proses
membuat pesan yang setala bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai
berikut, pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan
disampaikan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator
memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang
diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk
menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia
menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi
dalam konteks pengertian. Yang penting dalam proses penyandian (coding)
adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi
tersebut (terdapat kesamaan makna).
Wilbur Schramm
(dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat
kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan
kerangka acuan (frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan
pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh
komunikan. Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of experience) merupakan
faktor penting juga dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama
dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar.
Sebaliknya, bila bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang
pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.
Sebagai contoh seperti yang diungkapkan oleh Sendjaja(1994:33)yakni : Si A
seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai perkembangan valuta asing
dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan lebih mudah
dan lancar apabila pembicaraan mengenai hal tersebut dilakukan dengan si B yang
juga sama-sama mahasiswa. Seandainya si A tersebut membicarakan hal tersebut
dengan si C, sorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses komunikaasi tidak
akan berjalan sebagaimana mestinya seperti yang diharapkan si A. Karena antara
si A dan si C terdapat perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan,
pengalaman, budaya, orientasi dan mungkin juga kepentingannya.
Contoh
tersebut dapat memberikan gambaran bahwa proses komunikasiakan berjalan baik
atau mudah apabila di antara pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya
apabila kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita harsu
mengolah dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan
tingkat pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan
kata lain komunikator perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan
budaya dari komunikan.
2. Proses
komunikasi sekunder
Proses
komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua
setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator
menggunakan media ke dua dalam menyampaikan komunikasike karena komunikan
sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak.
Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah
media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara
sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikansebagai media massa
(surat kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat,
megapon, dsb.).
B. KONSEPTUAL
KOMUNIKASI
Deddy Mulyana
(2005:61-69) mengkategorikan definisi-definisi tentang komunikasi dalam tiga
konseptual yaitu:
1. Komunikasi
sebagai tindakan satu arah.
Suatu
pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau
lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung
(tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar,
majalah, radio, atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai proses searah
sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatapmuka, namun tidak
terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak
melibatkan tanya jawab. Pemahaman komunikasi dalam konsep ini, sebagai definisi
berorientasi-sumber. Definisi seperti ini mengisyaratkan komunikasi semua kegiatan
yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk
membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu
tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan
komunikator, seperti menjelaskan sesuatu sesuatu kepada orang lain atau
membujuk untuk melakukan sesuatu.
Beberapa
definisi komunikasi dalam konseptual tindakan satu arah:
a. Everet M. Rogers: komunikasi
adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau
lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku.
b. Gerald R. Miller: komunikasi
terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan
niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.
c. Carld R. Miller: komunikasi
adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan
(biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain
(komunkate).
d. Theodore M. Newcomb: Setiap
tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi terdiri dari
rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.
2. Komunikasi sebagai interaksi.
Pandangan ini
menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang
arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal,
seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau nonverbal,
kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik
dari orang kedua, dan begitu seterusnya.
Contoh
definisi komunikasi dalam konsep ini, Shanon dan Weaver (dalam
Wiryanto, 2004),komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada
bentuk pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka,
lukisan, seni , dan teknologi.
3. Komunikasi sebagai transaksi.
Pandangan ini
menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang secara sinambungan
mengubah phak-pihak yang berkomunikasi. Berdasrkan pandangan ini, maka
orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif
mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan
atau pesan nonverbal.
Beberapa
definisi yang sesuai dengan konsep transaksi:
a. Stewart L. Tubbs dan Sylvia
Moss: Komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang
atau lebih.
b. Judy C. Pearson dan Paul E.
Nelson: Komunikasi adalah proses memahami danberbagi makna.
c. William
I. Gordon : Komunikasi adalah suatu transaksi dinamis yang melibatkan
gagasan dan perasaan.
d. Donald Byker dan Loren J.
Anderson: Komunikasi adalah berbagi informasi antara dua orang atau
lebih.
C. FUNGSI
KOMUNIKASI
William I.
Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi
menjadi empat, yaitu:
1. Sebagai
komunikasi sosial
Fungsi komunikasi
sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu
penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan
hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan,
antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan
hubungan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota
masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa, ..., negara
secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.
- Pembentukan konsep diri. Konsep diri
adalah pandangan kita mengenai diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh
lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Melalui komunikasi dengan orang lain
kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita
merasakan siapa kita.Anda mencintai diri anda bila anda telah dicintai; anda berpikir anda
cerdas bila orang-orang sekitar anda menganggap anda cerdas; anda merasa
tampan atau cantik bila orang-orang sekitar anda juga mengatakan demikian.
George Herbert Mead (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994) mengistilahkansignificant
others (orang lain yang sangat penting) untuk orang-orang
disekitar kita yang mempunyai peranan penting dalam membentuk konsep diri
kita. Ketika kita masih kecil, mereka adalah orang tua kita,
saudara-saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita.
Richard Dewey dan W.J. Humber (1966) menamai affective others,
untuk orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional. Dari merekalah, secara perlahan-lahan
kita membentuk konsep diri kita. Selain itu, terdapat apa yang disebut
dengan reference group (kelompok rujukan) yaitu kelompok yang secara
emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri
kita. Dengan melihat ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan
dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. Kalau anda memilih kelompok rujukan anda
Ikatan Dokter Indonesia, anda menjadikan norma-norma dalam Ikatan ini
sebagai ukuran perilaku anda. Anda juga meras diri sebagai bagian dari kelompok
ini, lengkap dengan sifat-sifat doketer menurut persepsi anda.
- Pernyataan eksistensi diri. Orang
berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut
aktualisasi diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri. Fungsi
komunikasi sebagai eksistensi diri terlihat jelas misalnya pada penanya
dalam sebuah seminar. Meskipun mereka sudah diperingatkan moderator untuk
berbicara singkat dan langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator
itu sering berbicara panjang lebarm mengkuliahi hadirin, dengan
argumen-argumen yang terkadang tidak relevan.
- Untuk kelangsungan hidup, memupuk
hubungan, dan memperoleh kebahagiaan. Sejak lahir, kita tidak dapat hidup
sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi
dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan
dan minum, dan memnuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan
kebahagiaan. Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai
manusia, dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah, adalah
kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi
dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain. Abraham Moslow
menyebutkan bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar: kebutuhan
fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi
diri. Kebutuhan yang lebih dasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum
kebuthan yang lebih tinggi diupayakan. Kita mungkin sudah mampu kebuthan
fisiologis dan keamanan untuk bertahan hidup. Kini kita ingin memenuhi
kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan ketiga
dan keempat khususnya meliputi keinginan untuk memperoleh rasa lewat rasa
memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima
persahabatan. Komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan
memberi informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi orang
lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas masalah kemudian mengambil
keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan.
2. Sebagai
komunikasi ekspresif
Komunikasi
berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan
tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan
sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan
benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih
ekpresif lewat perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya
dengan membelai kepala anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan
mengumpat, mengepalkan tangan seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes
kebijakan penguasa negara atau penguasa kampus dengan melakukan demontrasi.
3. Sebagai
komunikasi ritual
Suatu
komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan
sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites of passage, mulai
dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan,
dan lain-lain. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau
perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti
berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara
bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan
lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang
berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali
komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku,bangsa. Negara, ideologi, atau
agama mereka.
4. Sebagai
komunikasi instrumental
Komunikasi
instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu: menginformasikan, mengajar,
mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur.
Sebagai
instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun
hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunika
membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam
komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan
bersama. Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan
pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang.
Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang
baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik,
yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impression management),yakni
taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji,
mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk
menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.
Sementara itu,
tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian
berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan
itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa
pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan
jangka panjang berupa keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh
jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan kekayaan.
Berkenaan
dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa pendapat dari para ilmuwan yang
bila dicermati saling melengkapi. Misal
pendapat Onong Effendy (1994), ia berpendapat fungsi
komunikasi adalahmenyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan
mempengaruhi. Sedangkan Harold D Lasswell (dalam Nurudin, 2004 dan Effendy,
1994:27) memaparkan fungsi komunikasi sebagai berikut:
1. Penjajagan/pengawasan
lingkungan (surveillance of the information) yakni
penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai masyarakat.
2. Menghubungkan
bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya .
3. Menurunkan
warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.
D. RAGAM
TINGKATAN KOMUNIKASI ATAU KONTEKS-KONTEKS KOMUNIKASI
Secara umum
ragam tingkatan komunikasi adalah sebagai berikut:
- Komunikasi intrapribadi (intrapersonal
communication) yaitu komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang
yang berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem syaraf
manusia.
- Komunikasi antarpribadi (interpersonal
communication) yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang
dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih bersifat pribadi dan
sampai pada tataran prediksi hasil komunikasinya pada tingkatan psikologis
yang memandang pribadi sebagai unik. Dalam komunikasi ini jumlah perilaku
yang terlibat pada dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan atau
informasi yang disampaikan bersifat pribadi.
- Komunikasi kelompok (group
communication) yaitu komunikasi yang berlangsung di antara
anggota suatu kelompok. Menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam
Sendjaja,(1994) memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi
tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau
tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau
pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik
pribadi anggota lainnya dengan akurat.
- Komunikasi organisasi (organization
communication) yaitu pengiriman dan penerimaan berbagai pesan
organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi
(Wiryanto, 2005:52).
- Komunikasi massa (mass
communication). Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai
suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang
tersebar, heterogen, dan anonim melalui media massa cetak atau elektrolik
sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Kemudian Mulyana (2005:74) juga menambahkan konteks komunikasi publik.
Pengertian komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara
dengan sejumlah besar orang (khalayak). Yang tidak bisa dikenali satu
persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah atau
kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah komunikasi
kelompok besar (large group communication) untuk
komunikasi ini.
E. KEGUNAAN
BELAJAR ILMU KOMUNIKASI
Mengapa kita
mempelajari ilmu komunikasi ?Ruben&Steward, (2005:1-8) menyatakan bahwa :
- Komunikasi adalah fundamental dalam
kehidupan kita.
Dalam
kehidupan kita sehari-hari komunikasi memegang peranan yang sangat penting.
Kita tidak bisa tidak berkomunikasi.tidak ada aktifitas yang dilakukan tanpa
komunikasi, dikarenakan kita dapat membuat beberapa perbedaan yang
esensial manakala kita berkomunikasi dengan orang lain.Demikian pula
sebaliknya, orang lain akan berkomunikasi dengan kita ,baik dalam jangka pendek
ataupun jangka panjang. Cara kita berhubungan satu dengan lainnya, bagimana
suatu hubungan kita bentuk, bagaimana cara kita memberikan kontribusi sebagai
anggota keluarga, kelompok, komunitas, organisasi dan masyarakat secara luas
membutuhkan suatu komunikasi.Sehingga menjadikan komunikasi tersebut menjadi
hal yang sangat fundamental dalam kehidupan kita.
- Komunikasi
adalah merupakan suatu aktifitas komplek.
Komunikasi
adalah suatu aktifitas yang komplek dan menantang. Dalam hal ini ternyata
aktifitas komunikasi bukanlah suatu aktifitas yang mudah. Untuk mencapai
kompetensi komunikasi memerlukan understanding dan suatu
ketrampilan sehingga komunikasi yang kita lakukan menjadi efektif. Ellen langer
dalam Ruben&Stewat( 2005:3) menyebut konsep mindfulness akan
terjadi ketika kita memberikan perhatian pada situasi dan konteks, kita terbuka
dengan informasi baru dan kita menyadari bahwa ada banyak perspektif tidak
hanya satu persepektif di kehidupan manusia.
- Komunikasi adalah vital untuk suatu
kedudukan/posisi yang efektif.
Karir dalam
bisnis, pemerintah, atau pendidikan memerlukan kemampuan dalam memahami situasi
komunikasi, mengembangkan strategi komunikasi efektif, memerlukan kerjasama
antara satu dengan yang lain, dan dapat menerima atas kehadiran ide-ide yang
efektif melalui saluran saluran komunikasi. Untuk mencapai kesuksesan
dari suatu kedudukan/ posisi tertentu dalam mencapaikompetensi komunikasi
antara lain melalui kemampuan secara personal dan sikap, kemampuan
interpersonal, kemampuan dalam melakukan komunikasi oral dan tulisan dan lain
sebagainya.
- Suatu pendidikan yang tinggi tidak
menjamin kompetensi komunikasi yang baik.
Kadang-kadang
kita menganggap bahwa komunikasi itu hanyalah suatu yang bersifat common
sensedan setiap orang pasti mengetahui bagaimana berkomunikasi. Padahal
sesungguhnya banyak yang tidak memilki ketrampilan berkomunikasi yang baik
karena ternyata banyak pesan-pesan dalam komunikasi manusia itu yang
disampaikan tidak hanya dalam bentuk verbal tetapi juga nonverbal, ada
ketrampilan komunikasi dalam bentuk tulisan dan oral, ada ketrampilan
berkomunikasi secara interpersonal, ataupun secara kelompok sehingga kita dapat
berkolaborasi sebagai anggota dengan baik, dan lain-lain. Kadang-kadang kita
juga mengalami kegagalan dalam berkomunikasi. Banyak yang berpendidikan tinggi
tetapi tidak memilki ketrampilan berkomunikasi secara baik dan memadai sehingga
mengakibatkan kegagalan dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Sehingga
komunikasi itu perlu kita pelajari.
- Komunikasi
adalah populer.
Komunikasi
adalah suatu bidang yang dikatakan sebagai popular. Banyak bidang-bidang
komunikasi modern sekarang ini yang memfokuskan pada studi tentang pesan, ada
juga tentang hubungan antara komunikasi dengan bidang profesiponal lainnya
termasuk hukum, bisnis, informasi, pendidikan, ilmu computer, dan lain-lain.
Sehingga sekarang ini komunikasi sebagai ilmu social/perileku dan suatu seni
yang diaplikasikan. Disiplin ini bersifat multidisiplin, yang berkaitan dengan
ilmu-ilmu lain seperti psikologi, sosiologi, antroplogi, politik, dan
lain sebagainya.
SUMBER:
- Effendy, Onong Uchjana, Komunikasi
Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Pengantar Ilmu Komunikasi,
Jakarta:Grasindo.Rosdakarya
- Cangara, Hafidz,2005, Pengantar
Ilmu Komunikasi, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
- Littlejohn, Stephen W. 2001. Theories
of Human Communication. USA: Wadsworth Publishing.
- Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu
Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Rosda.
- Ruben, Brent D,Stewart, Lea P,
2005, Communication and Human Behaviour,USA:Alyn and Bacon
- Sendjaja,Sasa Djuarsa,1994,Pengantar
Komunikasi,Jakarta:Universitas Terbuka.
- Wiryanto, 2005,
Organisasi
PENGERTIAN ORGANISASI
Pengorganisasian (Organizing) adalah proses pengaturan
sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan
memperhatikan lingkungan yang ada.
Struktur Organisasi adalah susunan dan hubungan-hubungan
antar komponen bagian-bagian dan posisi-posisi dalam suatu perusahaan.
Dalam hal ini banyak sekali pengertian organisasi menurut
pendapat- pendapat para ahli sebagai berikut :
Organisasi Menurut Stoner
Pengertian Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
Organisasi Menurut James D. Mooney
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi Menurut Chester I. Bernard
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Pengertian / Definisi Organisasi Informal dan Organisasi Formal
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Pengertian / Definisi Organisasi Informal dan Organisasi Formal
1. Organisasi Formal
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
2. Organisasi Informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak SD, kemping ke gunung pangrango rame-rame dengan teman, dan lain-lain.
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
2. Organisasi Informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak SD, kemping ke gunung pangrango rame-rame dengan teman, dan lain-lain.
Pengertian Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan meninjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.
Unsur-unsur dalam struktur Organisasi
Dalam rangka analisis, struktur organisasi perlu dibagi dalam unsur-unsurnya, yaitu:
Spesialisasi kegiatan-kegiatan.
Spesialisasi kegiatan ini berkaitan dengan spesaialisasi, baik tugas individu maupun tugas kelompok dalam organisasi (pembagian kerja) dan mengelompokkan tugas-tugas tersebut ke dalam unit kerja (departementasi).
Standarisasi kegiatan-kegiatan.
Standarisasi kegiatan-kegiatan ini berkaitan dengan standarisasi tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja yang digunakan dalam organisasi. Banyak sistem dan prosedur kerja, termasuk didalamnya struktur organisasi dan bagan organisasi, yang dikembangkan melalui peraturan-peraturan tentang kegiatan-kegiatan dan hubungan-hubungan kerja yang ada dalam organisasi.
Koordinasi kegiatan-kegiatan.
Koordinasi kegiatan ini berkaitan dengan pengintegrasian dan penyelarasan fungsi-fungsi dan unit-unit dalam organisasi yang berkaitan dan saling ketergantungan.
Sentralisasi dan desentralisasi.
Sentralisasi dan desentralisasi ini berkaitan dengan letak pengambilan keputusan.
Dalam struktur organisasi yang disentralisasikan, pengambilan keputusan dilakukan oleh para pimpinan puncak saja. Dalam dsentralisasi, kekuasaan pengambilan keputusan didelegasikan kepada individu-individu pada tingkat-tingkat manajemen menengah dan menengah bawah.
PERAN ORGANISASI
Jadi secara sederhana, organisasi adalah suatu kerjasama
sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan dan mau terlibat
dengan peraturan yang ada. Organisasi ialah suatu wadah atau tempat untuk
melakukan kegiatan bersama, agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama.
Berdasarkan arti dari organisasi yang diungkapkan oleh
beberapa orang diatas, peran organisasi dalam sebuah perusahaan sangatlah
penting, karena perusahaan didirikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan
untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan aktifitas, kerja sama, dan tentu saja
orang yang melakukan aktifitas tersebut atau sumber daya manusia yang ketiga
unsur ini terdapat dalam sebuah organisasi. Kesimpulanya, suatu perusahaan
untuk mencapai tujuan tertentu membutuhkan organisasi didalamnya agar bias
tercapai tujuan tersebut.
Pengertian Pengorganisasian
Seperti telah diuraikan sebelumnya tentang Manajemen,
Pengorganisasian adalah merupakan fungsi kedua dalam Manajemen dan
pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur
organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya.
Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah struktur organisasi.
Pengertian Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen
(unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya
pembagian kerja dan meninjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan
yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu
struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran
perintah dan penyampaian laporan.
Struktur Organisasi dapat didefinisikan sebagai
mekanisme-mekanisme formal organisasi diolah. Struktur organisasi terdiri atas
unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau
desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja.
Ciri-ciri teknik organisasi tidak baik :
- Pengambilan
keputusan seringkali terlambat ataupun seringkali kurang baik.
- Organisasi tidak
mampu bereaksi dengan baik terhadap perubahan kondisi lingkungan.
- Dalam organisasi
seringkali terjadi pertentangan.
Faktor-faktor yang menentukan perancangan struktur
organisasi yaitu :
1. Strategi organisasi
pencapaian tujuan.
2. Perbedaan teknologi yang digunakan
untuk memproduksi output akan membedakan bentuk struktur organisasi.
3. Kemampuan dan cara berfikir para
anggota serta kebutuhan mereka juga lingkungan sekitarnya perlu dipertimbangkan
dalam penyusunan struktur perusahaan.
4. Besarnya organisasi dan satuan
kerjanya mempengaruhi struktur organisasi.
Unsur-unsur struktur organisasi terdiri dari :
1. Spesialisasi kegiatan
2. Koordinasi kegiatan
3. Standarisasi kegiatan
4. Sentralisasi dan desentralisasi
pembuatan keputusan
5. Ukuran satuan kerja
BENTUK-BENTUK ORGANISASI
Bagan organisasi memperlihatkan tentang susunan
fungsi-fungsi dan departementasi yang menunjukkan hubungan kerja sama.
Bagan ini menggambarkan lima aspek utama struktur
organisasi, yaitu :
1. Pembagian kerja
2. Rantai perintah
3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
4. Pengelompokkan segmen-segmen
pekerjaan
5. Tingkatan manajemen
Ada 4 bagan struktur organisasi menurut Henry G. Hodges,
yaitu :
1. Bentuk Piramidal, merupakan
bentuk yang paling banyak digunakan, sederhana, jelas, dan mudah dimengerti.
2. Bentuk Vertikal, hampir sama
dengan bentuk piramidal dalam pelimpahan kekuasaan.
3. Bentuk Horizontal, aliran wewenang
dan tanggung jawab digambarkan dari kiri ke kanan.
4. Bentuk Melingkar, menekankan pada
hubungan antara satu jabatan dengan jabatan lainnya.
Bentuk – Bentuk organisasi dapat dibedakan atas :
1. Organisasi Garis
Merupakan bentuk organisasi tertua dan paling sederhana,
diciptakan oleh Henry Fayol. Ciri-ciri bentuk organisasi ini yaitu organisasi
masih kecil, jumlah karyawan sedikit dan saling mengenal serta spesialisasi
kerja belum tinggi.
Kebaikannya :
a. Kesatuan komando terjamin
sepenuhnya karena pimpinan berada pada satu tangan.
b. Garis komando berjalan secara
tegas, karena pimpinan berhubungan langsung dengan bawahan.
c. Proses pengambilan keputusan
cepat.
d. Karyawan yang memiliki kecakapan
yang tinggi serta yang rendah dapat segera diketahui, juga karyawan yang rajin
dan malas.
e. Rasa solidaritas tinggi.
Kelemahannya :
a. Seluruh organisasi tergantung pada
satu orang saja, apabila dia tidak mampu melaksanakan tugas, maka seluruh
organisasi terancam kehancuran.
b. Adanya kecenderungan pimpinan
bertindak secara otokratis.
c. Kesempatan karyawan untuk
berkembang terbatas.
2. Organisasi Garis dan Staf
Dianut oleh organisasi besar, daerah kerjanya luas dan
mempunyai bidang tugas yang beraneka ragam serta rumit dan jumlah karyawannya
banyak. Staf yaitu orang yang ahli dalam bidang tertentu, yang tugasnya memberi
nasihat dan saran dalam bidang kepada pejabat pemimpin didalam organisasi.
Kebaikannya :
a. Dapat digunakan dalam organisasi
yang besar maupun kecil serta apapun tujuan perusahaan.
b. Terdapatnya pembagian tugas antara
pimpinan dengan pelaksana sebagai akibat adanya staf ahli.
c. Bakat yang berbeda yang dimiliki
oleh setiap karyawan dapat dikembangkan menjadi suatu spesialisasi.
d. Prinsip penempatan orang yang
tepat pada posisi yang tepat pula.
e. Pengambilan keputusan dapat cepat
walaupun banyak orang yang diajak berkonsultasi, karena pimpinan masih dalam
satu tangan.
f. Koordinasi lebih baik karena
adanya pembagian tugas yang terperinci.
g. Semangat kerja bertambah besar
karena pekerjaannya disesuaikan dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Kelemahannya :
a. Rasa solidaritas menjadi
berkurang, karena karyawan menjadi tidak saling mengenal.
b. Perintah menjadi kabur dengan
nasehat dari staf, karena atasan dengan staf dapat terjadi adanya perintah
sendiri-sendiri padahal kewenangannya berbeda.
c. Kesatuan komando berkurang.
d. Koordinasi kurang baik pada
tingkat staf dapat mengakibatkan adanya hambatan pelaksanaan tugas.
3. Organisasi Fungsional
Organisasi yang disusun atas dasar fungsi yang harus
dilaksanakan. Organisasi ini dipakai pada perusahaan yang pembagian tugasnya
dapat dibedakan dengan jelas.
Kebaikannya :
a. Pembidangan tugas menjadi lebih
jelas.
b. Spesialisasi karyawan lebih
efektif dijalankan dan dikembangkan.
c. Solidaritas kerja, semangat kerja
karyawan tinggi.
d. Koordinasi berjalan lancar dan
tertib.
Kelemahannya :
a. Karyawan terlalu memperhatikan
bidang spesialisasi sendiri saja.
b. Koordinasi menyeluruh sukar
dilaksanakan.
c. Menimbulkan rasa kelompok yang
sangat sempit dari bagian yang sama sehingga sering timbul konflik.
4. Organisasi Panitia
Organisasi dibentuk hanya untuk sementara waktu saja,
setelah tugas selesai maka selesailah organisasi tersebut.
Kebaikannya :
a. Segala keputusan dipertimbangkan
masak-masak dalam pembahasan yang dalam dan terperinci.
b. Kemungkinan pimpinan bertindak
otoriter sangat kecil.
c. Koordinasi kerja telah dibahas
oleh suatu team.
Kelemahannya :
a. Proses pengambilan keputusan
memerlukan diskusi yang berlarut-larut yang menghambat pelaksanaan tugas.
b. Tanggung jawabnya tidak jelas,
karena tanggung jawabnya sama.
c. Kreativitas karyawan terhambat dan
sukar untuk dikembangkan, karena faktor kolektivitas lebih dipentingkan.
PERAN METODE ORGANISASI
Setelah mengetahui arti dari Metode itu
sendiri, kita bisa langsung menyimpulkan bahwa selain peran organisasi, metode
tidak kalah penting perannya didalam sebuah perusahaan. Dengan adanya metode
dalam sebuah perusahaan, maka perusahaan tersebut akan lebih mudah dan teratur
dalam mencapai tujuan, visi dan misi yang telah ditetapkan. Namun menurut saya,
ada beberapa faktor yang mendukung untuk berjalannya suatu metode yang
digunakan dalam sebuah perusahaan atau organisasi, antara lain :
organisasi yang baik dan pemimpin organisasi yang tentunya juga harus baik
dalam memimpin, sumber daya manusia yang berkualitas untuk melakukan kerja sama
agar tercapai suatu tujuan, teori organisasi yang dipakai harus sesuai dengan
jenis atau bentuk organisasi yang dibentuk di dalam perusahaan tersebut. Dengan
demikian perusahaan tersebut akan lebih mudah dalam mencapai tujuanya serta
akan lebih terstruktur dan rapih karena memiliki metode dalam organisasi nya.
DIMENSI KOMUNIKASI
Latar Belakang,Pengertian, Dan Dimensi Komunikasi
Lintas Budaya
Tak bisa dipungkiri bahwa dunia yang kita tempati telah
berkembang menjadi demikian maju dan menjelma menjadi apa yang kemudian dikenal
sebagai “global Village” (desa dunia).Salah satu implikasinya adalah makin
meningkatnya kontak-kontak komunikasi dan hubungan antar berbagai bangsa dan
negara.
Berbagai masalah bisa saja timbul ketika terjadi kontak
antarbudaya,karena masing-masing pihak tidak mau memahami pihak lainnya,
sementara kebudayaan yang berbeda serta merta juga diwarnai perbedaan dalam hal
ideologi, orientasi dan gaya hidup.
Menyadari kemungkinan timbulnya masalah karena perbedaan
antarbudaya, yang bisa jadi bahkan mengerucut pada konflik, kekerasan,
permusuhan, perpecahan, deskrimnasi, dsb.,maka dirasa makin perlu mempelajari
masalah-masalah komunikasi antarbudaya.Berdasarkan luas lingkup
permasalahannya, setidaknya terdapat 3(tiga) kategori kesadaran yang mendorong
upaya menciptakan cara-cara untuk berhubungan dalam konteks antarbudaya:kesadaran
internasional,kesadaran domestik atau dalam negeri,dan kesadaran pribadi.
Kesadaran Internasional
Sejak akhir tahun 60-an sampai sekarang, dunia seakan-akan
semakin menyempit, karena orang-orang bertambah mudah untuk pergi ke
tempat-tempat yang semula asing baginya.Di sana ia bertemu, bergaul dan bekerja
sama dengan orang-orang yang mungkin berlainan sama sekali cara berpikir dan
kebiasaanya.
Perkembangan alat-alat perhubungan dan juga sarana
komunikasi, menjadi pemicu makin meningkatnya hubungan-hubungan antarbudaya
sehingga waktu,jarak dan ruang makin tak berarti.
Dalam suasana yang seperti itu maka dunia seakan terdesak
untuk mengupayakan tercapainya saling pengertian antar sesama umat
manusia.Karena apa yang dianggap baik oleh suatu bangsa belum tentu dinilai
baik pula oleh bangsa lain yang berbeda ideologi atau falsafah hidupnya.Misal,
bagi masyarakat kapitalis, tidaklah masuk akal bila orang yang telah bekerja
keras dan memeroleh imbalan yang memang sewajarnya untuk itu, harus dibatasi
akan apa yang memang menjadi haknya demi asas pemerataan seperti selalu
dicanangkan dalam masyarakat sosialis.
Belajar untuk mengerti pikiran dan perilaku orang-orang
lain, tidak saja menjadi perhatian utama dari pemerintah suatu negara,tetapi
juga lembaga-lembaga perekonomian sosial dan keagamaan, serta
individu-individu yang berusaha untuk memahami dunia yang semakin
kompleks.
Contoh kasus di AS, sementara pengamat mencatat bahwa
sebelum Perang Dunia II sebagian besar warga AS kurang memiliki perspektif
tentang dunia luar.Setelah PD II,mereka seakan terbangun dari pandangan
“isolasionistik”dan mulai melihat bahwa ada masyarakat-masyarakat di luar
negerinya yang sebelumnya tak terperhatikan.Sejak saat itu, mulai menjamur
tumbuhnya kursus-kursus bahasa asing. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya
memahami budaya lain melalui bahasanya.
Pada tahun 1950-an, beberapa ahli seperti Edward T Hall
menemukan bahwa lembaga-lembaga khusus yang diadakan oleh pemerintah AS untuk
memberikan informasi tentang AS ke dunia luar seperti: USIS,Voice of
America dan lain-lain kadang-kadang kurang mempunyai pengetahuan tentang
kebudayaan.Bahkan muncul istilah The Ugly American bagi
pejabat-pejabat dinas luar negeri yang dirasakan kurang terlatih, sehingga kurang
kesadaran dan keterampilannya untuk menangani masalah-masalah berkaitan
dengan dengan komunikasi antarbudaya (KAB).Hall kemudian menyusun
buku “The Silent Language” (1959) yang bisa dianggap menandakan
lahirnya KAB, karena merupakan sintesis dari berbagai hal yang pokok dan
mendasar dalam memahami kebudayaan dan komunikasi, persepsi-persepsi budaya
tentang ruang jarak antarpribadi dan waktu, serta hubungannya dengan berbagai
kesalahpahaman antarbudaya.
Kesadaran Domestik
Bersamaan dengan perubahan-perubahan dunia internasional,perubahan
kebudayaan juga demikian pesat terjadi di dalam beberapa negara.Di AS, negara
yang dikenal sebagai lahirnya KAB, selama dua puluh tahun terakhir muncul
kelompok-kelompok minoritas sub-budaya seperti kelompok orang
hitam,Chicanos,golongan wanita,kaum homoseksual,orang miskin, yang kian hari
kian garang menyuarakan pengakuan akan hak-haknya.Seiring dengan itu,pemerintah
AS mengeluarkan undang-undang dan keputusan pengadilan yang menghapuskan
deskriminasi dalam fasilitas-fasilitas umum.Maka.”termbok pemisah” yang
dibangun oleh kebudayaan dominan atas dasar ketakutan,
ketidaktahuan,ketidakpedulian, dan prasangka kepada kelompok lain mulai
runtuh.Kontak-kontak antar warga berbeda sub-budaya pun tak terelakkan yang
seringkali diwarnai kegagalan karena masalah-masalah yang muncul tidak cuma
berkaitan dengan perbedaan bahasa,panjang rambut, pola penggunaan
waktu,pakaian, warna kulit, tetapi lebih mendalam dan kompleks karena
menyangkut perbedaan nilai dan cara memandang kehidupan.Pada titik inilah, maka
kebutuhan untuk memahami dan berinteraksi dengan kelompok-kelompok sub-budaya
demikian tadi menjadi pendorong dilakukannya studi tentang
Komunikasi Antar Budaya.
Di Indonesia, kebutuhan untuk studi tentang KAB kiranya
merupakan hal yang tidak perlu ditunda lagi karena di Indonesia dengan
banyaknya suku bangsa dengan bahasa, dialek, nilai-nilai dan falsafah
pemikirannya masing-masing, tidak mustahil akan membuka kemungkinan
terjadinya kesalahpaman dan bahkan sampai konflik fisik.Selain itu,ada
gejala munculnya kelompok-kelompok sub-budaya di kota-kota besar seperti
kelompok kaum “homoseks”,”anak gaul” dengan “geng dan bahasa prokemnya”,
menambah variasi kebudayaan di negeri kita semakin kaya. Namun dengan
“variasi”ini, tentunya kemungkinan timbulnya permasalahan sosial akan meningkat
pula
Kesadaran Pribadi
Terdapat beberapa keuntungan yang bisa didapat oleh individu
secara pribadi dari studi Komunikasi Antar Budaya, di antaranya :
Perasaan senang dan puas dalam menemukan sesuatu yang baru,
dalam hal ini kebudayaan orang lain yang belum pernah diketahui atau disadari
sebelumnya.
Pengetahuan tentang KAB dapat membantu untuk menghindari
masalah-masalah komunikasi, misal pemahaman tentang faktor-faktor yang melatar
belakangi persepsi seseorang akan menjadi pedoman dalam memperlakukan mereka.
Kesempatan-kesempatan kerja yang terbuka bagi orang yang
memiliki kemampuan dalam hal KAB
Memberikan kesempatan untuk mempersepsikan dan
memahami diri sendiri.
Penjelasan Konseptual Komunikasi Antar Budaya
Pengertian Komunikasi Lintas Budaya
(cross-cultural) dan Antar Budaya (inter-cultural)biasanya tidak begitu
dibedakan.Kedua istilah itu biasanya dipakai secara berganti-ganti dengan makna
yang hampir sama. Meski dalam tulisan ini nantinya akan memakai kedua istilah
tersebut secara bergantian,namun ada baiknya kita menelusuri nuansa perbedaan
arti yang sempat muncul dalam literatur KAB.
Mari kita simak beberapa definisi tentang komunikasi
antarbudaya berikut ini:
Komunikasi antarbudaya adalah seni untuk memahami dan dipahami
oleh khalayak yang memiliki kebudayaan lain (Sitaram, 1970).
Komunikasi bersifat budaya apabila terjadi di antara
orang-orang yang berbeda kebudayaannya (Rich,1974)
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi dalam
suatu kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti bahasa,
nilai-nilai, adat, kebiasaan (Stewart,1974)
Komunikasi antarbudaya adalah proses pertukaran pikiran dan
makna di antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya (Gernard Maletzke, 1976)
Dari beberapa definisi yang kita petik di atas nampak sekali
bahwa komunikasi antar budaya lebih menekankan aspek utama yakni
komunikasi antarpribadi di antara komunikator dan komunikan yang kebudayaannya
berbeda.
Yang menjadi pertanyaan di sini, apakah komunikasi
antarbudaya hanya terjadi ketika adanya komunikasi antara orang atau kelompok
orang yang berbeda bangsanya?Pertanyaan seperti ini wajar mengemuka karena
memang banyak studi komunikasi antarbudaya seolah-olah menyebutkan orang
Jepang, orang Indonesia, orang Amerika Latin, dan lain-lain sebagai orang
dengan satu kebudayaan.Padahal kebudayaan yang ada dan berkembang
dalam setiap bangsa itu belum tentu homogen.Para pemrakarsa komunikasi
antarbudaya,umumnya memang memberikan gambaran bahwa setiap bangsa mempunyai
satu kebudayaan yang homogen.Konsep yang mau dihomogenisasikan itu adalah
konsep suku bangsa/state dengan the people.
Dalam tulisan ini, konsep komunikasi antarbudaya dimaknai
sebagai komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh komunikator dan komunikan
yang berbeda budaya,bahkan dalam satu bangsa sekalipun.Dengan asumsi
ini,misal, telah terjadi komunikasi antarbudaya ketika berlangsung komunikasi
antarpribadi antara orang Jawa dengan orang Flores.
Studi Awal tentang Komunikasi Antar Budaya
Kajian awal tentang komunikasi antarbudaya dimulai oleh
Asante dan kawan-kawan pada tahun 1980-an.Disusul kemudian dengan
lahirnya International and Intercultural Communication
Annual pada tahun 1983 yang dalam setiap terbitannya menampung
karya-karya bertema komunikasi antarbudaya.Tema pertama tentang “Teori
komunikasi antarbudaya” diluncurkan tahun 1983 oleh Gudykunst, disusul
tahun 1988 oleh Kim dan Gudykunst, sedangkan tema metode
penelitian ditulis oleh Gudykunst dan Kim tahun 1984
Edisi lain tentang komunikasi, kebudayaan, proses kerjasama
antarbudaya ditulis oleh Gudykunst, Stewart dan Ting Toomy tahun 1985,
komunikasi antaretnik oleh Kim tahun 1988, dan terakhir komunikasi/bahasa dan
kebudayaan oleh Ting Toomy & Korzenny, tahun 1988.
Pada tahun-tahun belakangan ini (1990-an dst) studi-studi
komunikasi antarbudaya diperluas meliputi pula studi diplomasi
antarbangsa,misalnya Penelitian Komunikasi Kemanusiaan,Jurnal Komunikasi
Internasional dan Relasi Antarbudaya,Jurnal Studi Tentang Orang Hitam, serta
Jurnal Bahasa dan Psikologi Sosial.
Di sini pertlu dicatat peran Mc Luhan sebagai orang pertama
yang memberikan penekanan pada kajian komunikasi antarbudaya karena dia
melihat adanya gejala makin meningkatnya hubungan dan ketergantungan
antarbangsa.Dari gagasan McLuhan itulah kemudian lahir konsep “Tatanan
Komunikasi dan Informasi Dunia Baru” yang memengaruhi perkembangan sejumlah
penelitian tentang perbedaan budaya antaretnik, rasial dan golongan di semua
bangsa.
Konsep Komunikasi Lintas Budaya
Sekarang bagaimana dengan konsep Komunikasi Lintas
Budaya?Pada mulanya, studi komunikasi lintas budaya memang berangkat dari
perspektif antropologi sosial dan budaya sehingga lebih bersifat depth
description, yakni penggambaran yang mendalam tentang perilaku komunikasi
berdasarkan kebudayaan tertentu.
Satu contoh studi tentang komunikasi lintas budaya,seperti
dilakukan oleh William (1966)dalam Samovar dan Porter (1976), berkisar
pada perbandingan perilaku komunikasi antarbudaya dengan menunjukkan persamaan
dan perbedaan : (1) persepsi, yaitu sifat dasar persepsi dan pengalaman
persepsi, peranan lingkungan sosial dan fisik terhadap pembentukan persepsi;(2)
kognisi, yang terdiri unsur-unsur khusus kebudayaan, proses berpikir, bahasa
dan cara berpikir;(3) sosialisasi, berhubungan dengan masalah sosialisasi
universal dan relativitas, tujuan-tujuan institusionalisasi; dan (4)
kepribadian, misalnya tipe-tipe budaya pribadi yang mempengaruhi etos, dan
tipologi karakter atau watak bangsa.
Contoh studi lintas budaya yang menarik lainnya adalah
seperti karya Erika Vora dan Jay A.Vora dalam Asante dkk.(1979). Penelitian
tersebut bertujuan membandingkan pola-pola perilaku para keluarga di tiga
negara India, Amerika Serikat dan Jerman Barat.
Dari pemaparan di atas dapat kita tarik kesimpulan sebagai
berikut:
Dilihat dari sifat kajiannya istilah komunikasi antarbudaya
nampaknya lebih kompleks maknanya ketimbang komunikasi lintas budaya karena
banyak kajian komunikasi antarbudaya yang mendekati objeknya
melalui pendekatan kritik budaya, sedangkan komunikasi lintas budaya lebih
memfokuskan diri pada upaya deskripsi perbandingan pola-pola komunikasi
antarpribadi di antara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan.
Dimensi-dimensi Komunikasi Antar Budaya
Ada 3 (tiga) dimensi yang perlu diperhatikan untuk sampai
pada pemahaman tentang kebudayaan dalam konteks KAB :
Pertama, tingkat masyarakat kelompok budaya dari para
partisipan;
Kedua, konteks sosial tempat terjadinya KAB;
Ketiga, saluran yang dilalui oleh pesan-pesan KAB ( baik
yang bersifat verbal maupun nonverbal)
Dimensi pertama menunjukkan bahwa istilah kebudayaan telah
digunakan untuk merujuk pada macam-macam tingkat lingkupan dan kompleksitas
dari organisasi sosial.Umumnya istilah kebudayaan mencakup beberapa pengertian
sebagai berikut :
Kawasan-kawasan dunia, misal : budaya timur, budaya barat
Subkawasan-kawasan di dunia, misalnya: budaya Amerika Utara,
budaya Asia Tenggara.
Nasonal/negara,misalnya: budaya Indonesia,budaya Perancis,
budaya Jepang.
Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara seperti ; budaya
orang Amerika Hitam,Budaya Amerika Asia, Budaya Cina-Indonesia.
Macam-macam subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi
jenis kelamin, kelas sosial, coundercuklture (budaya Hippis,
budaya orang di penjara,budaya gelandangan, budaya kemiskinan)
Contoh kajian KAB dimensi pertama misalnya,komunikasi
antarndividu dengan kebudayaan nasional yang berbeda (wirausaha Jepang dengan
wirausaha Amerika atau Indonesia) atau antar individu dengan kebudayaan
ras-etnik yang berbeda (seperti antar pelajar penduduk asli dengan guru
pendatang.Bahkan ada yang mempersempit lagi pengertian pada “kebudayaan
individual” karena setiap orang mewujudkan latar belakang yang unik.
Dimensi kedua menyangkut Konteks Sosial. Misal, konteks
sosial KAB pada: organisasi, bisnis, penddikan, akulturasi imigran,
politik, penyesuaian pelancong/pendatang sementara, perkembangan
alih teknologi/pembangunan/difusi inovasi, konsultasi terapis. Dalam dimensi
ini bisa saja muncul variasi kontekstual, misalnya, komunikasi antarorang
Indonesia dengan Jepang dalam suatu transaksi dagang akan berbeda dengan
komunikasi antarkeduanya dalam berperan sebagai dua orang mahasiswa dari suatu
universitas. Dengan demikian konteks sosial khusus tempat terjadinya KAB
memberikan pada para partisipan hubungan-hubungan antarperan,
ekspektasi-ekspektasi, norma-norma, dan aturan-aturan tingkah laku yang khusus.
Dimensi ketiga, berkaitan dengan saluran
komunikasi. Secara garis besar, saluran dapat dibagi atas :
Antarpribadi/orang
Media massa
Bersama-sama dengan dua dimensi sebelumnya, saluran
komunikasi juga memengaruhi proses dan hasil keseluruhan dari KAB.
Misalnya,orang Indonesia menonton melalui TV keadaan kehidupan di Afrika akan
memiliki pengalaman yang berbeda dengan keadaan apabila ia sendiri berada di
sana dan melihat dengan mata kepala sendiri. Umumnya, pengalaman
komunikasi antarpribadi dianggap memberikan dampak yang lebih
mendalam.Komunikasi melalui media kurang dalam feedback langsung
antarpartisan dan oleh karena itu, pada pokoknya bersifat satu arah.Sebaliknya,
saluran antarpribadi tidak dapat menyaingi kekuatan saluran media dalam
mencapai jumlah besar manusia sekaligus bersifat antarbudaya bila
partisipan-partisipannya berbeda latar belakang budayanya.
Ketiga dimensi di atas dapat digunakan secara terpisah ataupun
bersamaan,dalam mengklasifikasikan fenomena komunikasi antarbudaya
khusus.Misalnya: kita dapat menggambarkan komunikasi antara Presiden Indonesia
dengan Dubes baru dari Nigeria sebagai komunikasi internasional, antarpribadi
dalam konteks politik; komunikasi antara pengacara AS dari keturunan Cina
dengan kliennya orang AS keturunan Puerto Rico sebagai komunikasi
antarras/antaretnik dalam konteks bisnis;komunikasi imigran dari Asia di
Australia sebagai komunikasi antaretnik,antarpribadi dan massa dalam konteks
akulturasi.
Daftar Pustaka :
Berger & Chaffee (Eds) Handbook of Communication
Science.Beverly Hills,Calivornia:Sage,1987
Furuta.Komunikasi Antarbudaya: Sebuah perbandingan antara
Jepang – Amerika,terjemahan Hassan Shadily, CV Antarkarya, Jakarta, 1994
Gudykunst,William B.(Ed) “Intercultural Communication
Theory “ Beverly Hills, Calivornia :Sage Publications, 1983
Liliweri, Alo. Gatra-gatra Komunikasi
Antarbudaya,Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 2001
Mulyana, Deddy dan Rakhmat, Jalaluddin (Eds.)KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya,PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2001